Harga Rp 106,4 juta, Ini yang Bikin Royal Enfield Hunter 350 Cocok Untuk Harian

Posted on

Harga Rp 106,4 juta, Ini yang Bikin Royal Enfield Hunter 350 Cocok Untuk Harian – Segmen motor klasik premium di Indonesia belum lama ini kedatangan satu lagi produk baru, yakni Royal Enfield Hunter 350.

Pabrikan mengeklaim menawarkan sesuatu yang berbeda dibanding dengan model mereka lainnya.

Kebetulan kami sudah sempat mencicipinya lebih kurang seminggu. Beberapa detail dan temuan menarik kami soal varian bursamoge termurah dari jajaran seri bermesin 350 cc lainnya semuanya terangkum di bawah ini.

Dimensi Royal Enfield Hunter 350

Sebelum mengulas dimensi yang jadi salah satu nilai jual Hunter 350, kami mau bahas desainnya yang menurut kami sedap dipandang. Unsur klasik kuat ditonjolkan, bisa dilihat dari penggunaan lampu sederhana berdesain bulat.

Punya panjang 2.055 mm, lebar 1.055 mm, dan tinggi 800 mm membuat ia terlihat kompak. Apalagi dengan panjang sumbu roda 1.370 mm, Hunter 350 jadi lebih mudah diajak bermanuver terutama melewati jalanan perkotaan. Tidak canggung selayaknya ditemui pada motor-motor dengan kubikasi mesin cukup besar.

Duduk di atasnya juga terbilang ergonomis, tinggi tubuh penguji 173 cm sama sekali tidak menemui kendala. Jok lebar dan cukup empuk, footstep, dan posisi kemudi yang lebar serta lumayan dekat dengan tubuh pengemudi jadi kombinasi yang pas untuk Hunter 350 dipakai sebagai motor harian.

Hunter 350 dibangun di atas platform baru yang serupa ditemukan pada Classic 350 dan Meteor, yang kami rasakan rasakan rancang bangunnya itu mendukung kestabilan selama dikendarai. Kaki-kaki menggunakan velg ukuran 17-inci dengan profil ban 110/70 untuk depan dan belakang 140/70.

Suspensi depan menggunakan diameter 41 mm dengan jarak main 130 mm dan belakang menggunakan suspensi ganda yang tingkat prabebannya dapat diatur sesuai kebutuhan. Kaki-kakinya ini memang bukan yang paling empuk, tetapi masih cukup baik meredam permukaan jalan yang tak rata.

Performa

Bagaimana performanya untuk kebutuhan berkendara harian? Dapur pacunya menggendong mesin J series berkubikasi 349 cc dengan tenaga 20,1 dk dan torsi 27 Nm dan dipadukan dengan transmisi manual 6-percepatan.

Karena karakter mesin yang punya torsi lebih besar dibanding keluaran tenaganya, Hunter 350 sangat enak dipakai perjalanan harian. Mesin dan perpindahan transmisi kami nilai cukup halus, ditambah dengan kopling yang tidak terlalu berat.

Begitu juga dengan remnya yang sudah dibekali sistem ABS dual channel, karakternya empuk dan cukup presisi ketika sesekali dipakai untuk deselerasi mendadak. Dibanding dengan Meteor dan Classic, muffler Hunter lebih pendek, tapi itu tak jadi halangan untuk tetap bisa mengeluarkan suara yang gahar.

Kami juga tidak menemukan isu panas berlebih yang dihasilkan dari mesinnya itu ketika harus melewati jalan dengan volume kendaraan yang padat hingga jalanan macet. Urusan fitur, kami tidak bisa mengulas banyak, paling-paling sebuah dermaga USB yang letaknya ngumpet di balik kemudi sebelah kiri.

Baca juga: Kawasaki ZX-4R Meluncur, Harga Setara Honda Brio

Kesimpulan

Banderol yang ditawarkan juga jadi salah satu poin unggulan. Mulai dari Rp 106,4 juta, Hunter 350 diharapkan lebih banyak menjangkau konsumen yang berminat dengan merek berdarah Inggris-India ini.

Ada banyak pilihan warna dan corak Hunter 350 yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen muda di Tanah Air. Overall, apa yang dihadirkan dari Hunter 350 sudah cukup bagi yang ingin motor dengan DNA klasik, mesin besar, dan suara yang cukup gahar.

Paling-paling, beberapa hal yang cukup mengganggu bagi kami adalah absennya panel meter digital yang seharusnya digunakan untuk menampilkan visual Tripper Navigation System nihil pada unit tes kami dan kemungkinan juga pada unit yang Anda beli nantinya.

Terakhir, kami juga kurang nyaman dengan posisi peletakkan nomor pelat depan yang, maksa. Hanya bermodalkan double tap tanpa adanya dudukan sama sekali. Masih oke untuk unit tes, tapi lain cerita jika konsumen sudah memilikinya.

Plus Minus Riding Moge Petualang Moto Guzzi V85TT

Posted on

Plus Minus Riding Moge Petualang Moto Guzzi V85TT – Pilihan motor di bawah naungan Piaggio Indonesia makin lengkap dengan satu model Moto Guzzi V85TT. Moge petualang itu bermain di kelas 850 cc, berkompetisi dengan BMW F850 GS maupun Triumph Tiger 850.

V85TT coba menawarkan sensasi baru moge yang bisa hidup di dua alam. Desainnya terbilang unik, mempertahankan unsur retro, yang dikombinasikan dengan desain pendahulunya, V65 yang sempat berkompetisi dalam kejuaraan Reli Dakar pada era 80-an.

Laburan warnanya juga beda dari yang lain. Kuning, putih, merah dan hitam dilabur jadi satu. Khusus warna merah untuk mempertegas frame motor, yang memiliki fungsi ganda: bursamoge estetika dan proteksi.

Menarik untuk dijajal tentunya. Seperti apa rasanya menunggangi kuda besi bongsor yang diselimuti kelir atraktif ini.

Khususnya riding dalam kota, seperti penjelasan Presiden Direktur PT Piaggio Indonesia, Marco Noto La Diega, bahwa V85TT juga cocok digunakan commuting sehari-hari, ketika memperkenalkannya. Berikut ini kumparan rangkum dalam poin plus minus first ride Moto Guzzi V85TT, berkendara dari Gaia Motoplex Antasari hingga kawasan Senayan, selama lebih kurang 45 menit.

Poin plus Moto Guzzi V85TT

Kami awali dari poin plus pertama dulu, utamanya pada sektor dapur pacunya. Data teknis berbicara, mesinnya berkubikasi 853 cc, berkonfigurasi V-Twin yang memproduksi tenaga 80 dk pada 7.750 rpm dan torsi 80 Nm yang dicapai pada 5.000 rpm.

Profil tenaga mesinnya tidak begitu menyentak mengagetkan. Tapi di samping itu distribusi tenaganya padat namun kalem di tiap putaran mesin jika langsung geber atau memuntir gas dalam.

Bisa jadi ini lantaran mode berkendara Road, yang menjaga bukaan gas sehingga traksi ban ke permukaan jalan tetap terjaga. Makanya mau berakselerasi maksimal untuk nyalip, atau stop and go di kemacetan lebih aman karena badan tidak begitu langsung terdorong ke belakang.

Kedua, mode berkendaranya dapat menyesuaikan karakter berkendara sesuai poker online kebutuhan dan medan jalan. Selain Road tadi, ada Rain dan Off-Road yang bisa dipilih baik saat diam atau jalan asal gas ditutup.

“Yang Off-Road akan lebih liar, traksi kontrol dan ABS dimatikan agar sensasi di jalan off road lebih terasa,” ujar Technical Training Manager PT Piaggio Indonesia, Yudi Riswanto.

Saya pun tak ingin melewatkan sensasi mode Off Road meski di jalan aspal. Benar saja, karakternya beda dari mode Road, seketika membuka gas langsung terasa menjambak.

Ketiga berkaitan dengan bodi bongsornya yang tidak begitu mengintimidasi pengendara berpostur 171 cm.

Dilihat langsung memang besar bodinya, malah ada perasaan khawatir caranya menjinakkan kuda besi ini.

Namun ternyata ketika ditunggangi, semua kecemasan tadi sirna. Mesin V-Twin yang keluar tidak begitu berpengaruh terhadap pengendaraan. Mudah rasanya buat mengendarai Moto Guzzi V85TT ini.

Baca juga: Cara Membaca Kode Busi Motor, Jangan Sampai Salah

Poin minus Moto Guzzi V85TT

Baru masuk ke poin minus. Pertama, kedua kaki tidak bisa menapak sempurna. Kaki memang jinjit, tapi tidak sampai jinjit balet karena tertolong sepatu yang tinggi solnya.

Ini tentunya bisa menyulitkan bagi pengendara yang mengidamkan motor ini, tapi postur tubuhnya sekitar 160-an cm. Sayangnya lagi tidak ada pengaturan suspensi otomatis, supaya bisa menurunkan tinggi joknya biar makin ramah untuk semua pengendara.

Berikutnya soal panas mesin. Mungkin karena dibawa riding dalam kota, yang sewaktu-waktu terjebak macet dan berhenti, hawa panas mesinnya langsung terasa di area paha.

Poin terakhir sistem pengunciannya belum keyless. Sehingga kurang praktikal dalam operasionalnya. Guna menghidupkan kelistrikan masih butuh memutar kunci kontak.

Tapi buat yang bisa berkompromi, rasanya bukan masalah besar. Sebab sistem ini menyesuaikan karakter retro pada motor Moto Guzzi.

Plus Minus Riding Moge Petualang Moto Guzzi V85TT

Posted on

Plus Minus Riding Moge Petualang Moto Guzzi V85TT – Pilihan motor di bawah naungan Piaggio Indonesia makin lengkap dengan satu tipe Moto Guzzi V85TT. Moge petualang itu bermain di kelas 850 cc, berkompetisi dengan BMW F850 GS maupun Triumph Tiger 850.

V85TT coba menawarkan sensasi baru moge yang bisa hidup di dua alam. Desainnya terbilang unik, menjaga unsur retro, yang dikombinasikan dengan desain pendahulunya, V65 yang sempat berkompetisi dalam kejuaraan Reli Dakar terhadap masa 80-an.

Laburan warnanya terhitung beda dari yang lain. Kuning, putih, merah dan hitam dilabur menjadi satu. Khusus warna merah untuk mempertegas frame motor, yang punyai manfaat ganda: estetika dan proteksi.

Menarik untuk dijajal tentunya. Seperti apa rasanya menunggangi kuda besi bongsor yang diselimuti kelir atraktif ini.

Khususnya riding dalam kota, seperti penjelasan Presiden Direktur PT Piaggio Indonesia, Marco Noto La Diega, bahwa V85TT terhitung sesuai digunakan commuting sehari-hari, dikala memperkenalkannya. Berikut ini kumparan rangkum dalam poin and minus first ride Moto Guzzi V85TT, berkendara dari Gaia Motoplex Antasari sampai kawasan Senayan, sepanjang lebih kurang 45 menit.

Poin and Moto Guzzi V85TT

Kami awali dari poin and pertama dulu, utamanya terhadap sektor dapur pacunya. Data tehnis berbicara, mesinnya berkubikasi 853 cc, berkonfigurasi V-Twin yang mengolah tenaga 80 dk terhadap 7.750 rpm dan torsi 80 Nm yang dicapai terhadap 5.000 rpm.

Profil tenaga mesinnya tidak begitu menyentak mengagetkan. Tapi di samping itu distribusi tenaganya padat tetapi kalem di tiap putaran mesin kalau langsung geber atau memuntir gas dalam.

Bisa menjadi ini lantaran mode berkendara Road, yang merawat bukaan gas supaya traksi ban ke permukaan jalan senantiasa terjaga. Makanya senang berakselerasi maksimal untuk nyalip, atau stop and go di kemacetan lebih aman karena badan tidak begitu langsung terdorong ke belakang.

Kedua, mode berkendaranya bisa sesuaikan cii-ciri berkendara sesuai keperluan dan medan jalan. Selain Road tadi, tersedia Rain dan Off-Road yang bisa dipilih baik waktu diam atau jalan asal gas ditutup.

“Yang Off-Road akan lebih liar, traksi kontrol dan ABS dimatikan supaya sensasi di jalan off road lebih terasa,” ujar Technical Training Manager PT Piaggio Indonesia, Yudi Riswanto.

Saya pun tak idamkan membiarkan sensasi mode Off Road meski di jalan aspal. Benar saja, karakternya beda dari mode Road, sekejap membuka gas langsung terasa menjambak.

Ketiga berkaitan dengan bodi bongsornya yang tidak begitu mengintimidasi pengendara berpostur 171 cm. Dilihat langsung memang besar bodinya, malah tersedia perasaan kuatir caranya menjinakkan kuda besi ini.

Namun ternyata dikala ditunggangi, seluruh ketakutan tadi sirna. Mesin V-Twin yang nampak tidak begitu berpengaruh terhadap pengendaraan. Mudah rasanya membuat mengendarai Moto Guzzi V85TT ini.

Baca juga: Spesifikasi MV Agusta F3 800

Poin minus Moto Guzzi V85TT

Baru masuk ke poin minus. Pertama, ke dua kaki tidak bisa menapak sempurna. Kaki memang jinjit, tetapi tidak sampai jinjit balet karena tertolong sepatu yang tinggi solnya.

Ini pastinya bisa menyusahkan bagi pengendara yang idamkan motor ini, tetapi postur tubuhnya lebih kurang 160-an cm. Sayangnya lagi tidak tersedia pengaturan suspensi otomatis, supaya bisa turunkan tinggi joknya biar makin ramah untuk seluruh pengendara.

Berikutnya soal panas mesin. Mungkin karena dibawa riding dalam kota, yang sewaktu-waktu terjebak macet dan berhenti, hawa panas mesinnya langsung terasa di daerah paha.

Poin paling akhir proses pengunciannya belum keyless. Sehingga kurang praktikal dalam operasionalnya. Guna memunculkan kelistrikan tetap perlu memutar kunci kontak.

Tapi membuat yang bisa berkompromi, rasanya bukan kasus besar. Sebab proses ini sesuaikan cii-ciri retro terhadap motor Moto Guzzi.