Jelajah Ranah Minang, Segini Konsumsi BBM Yamaha XMAX

Posted on

Jelajah Ranah Minang, Segini Konsumsi BBM Yamaha XMAX – Seolah belum cukup, kami dipertemukan kembali dengan Yamaha XMAX terbaru. Agendanya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjajal motor skutik ini, lagi, dan kali ini area pengujiannya berbeda.

Ya, ini bukan pertama kalinya kami mencoba langsung motor skutik gambot tersebut.

Sebelumnya, impresi awal soal XMAX teranyar ini sudah pernah kami ulas saat di Bali beberapa waktu yang lalu.

Langsung saja, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) membawa kami ke Padang, Sumatera Barat. Etape perjalanan bursamoge berawal dari Ibu Kota Padang ke Lembah Harau sebagai destinasi akhir.

Normalnya, perjalanan menuju Lembah Harau hanya memakan waktu tiga jam lebih berdasarkan estimasi peta digital, jaraknya pun tak sampai 100 kilometer. Hanya saja, karena kami sempat mampir ke Danau Singkarak, total perjalanannya ikut bertambah.

Untuk memberi gambaran kepada Anda, tes kali ini lebih banyak berfokus pada performa XMAX selama menelusuri jalan menanjak serta berbelok-belok. Maklum, ini karena kondisi geografis dataran Minang yang berbukit-bukit.

Ergonomi Yamaha XMAX yang mendukung

Sama seperti waktu di Bali, ergonomi maxi scooter ini jadi salah satu poin yang kami sukai pada XMAX. Kendati punya dimensi cukup gambot, tidak sulit untuk menemukan posisi duduk yang nyaman ketika sedang dikendarai.

Semua dapat dijangkau dengan baik, mulai dari kemudi, posisi duduk yang bisa mentok pada pad sandaran tengah jok, hingga desain dek yang fleksibel membuat posisi kaki bisa rebah atau tegak. Aspek ini yang membantu kami melewati berbagai medan jalan dengan ideal.

Posisi duduk itu dikombinasikan dengan kemampuan mesin yang menurut kami oke punya. Bermodal enjin 249,8 cc, di atas kertas sanggup menghasilkan tenaga sebesar 22,5 dk pada 7.000 rpm dan torsi 24,3 Nm di 5.500 rpm, hampir tak ada isu berarti soal performanya termasuk pada jalanan menanjak.

Sitinjau Lauik jadi menu utama di antara beberapa jalan menanjak yang kami lalui. Selain terkenal, tempat ini memang terbilang ekstrem untuk sebuah belokkan. Tapi lagi-lagi, motor yang kami pakai tak perlu bersusah payah untuk merangkak, kendati punya sudut kemiringan yang lumayan curam.

Pun dengan manuver berbeloknya, skutik yang punya dimensi panjang 2.180 mm, lebar 795 mm, dan tinggi 2.180 mm ini ternyata tetap asyik diajak bermanuver. Bahkan, terbilang tidak susah buat berbelok dengan gaya miring hampir rebah saat memasuki tikungan tajam.

Sistem pengeremannya juga mumpuni, dua buah cakram pada bagian depan dan belakang sukses mengawal XMAX ketika sedang deselerasi. Belum lagi, fitur ABS dan traction control yang sigap mencegah motor alami selip saat melintas pada permukaan jalan yang licin.

Konsumsi BBM

Kami sempat menduga, jalan dilewati yang lebih menantang dari apa yang pernah kami lalui saat di Bali dapat membuat hasil konsumsi BBM-nya jauh berbeda signifikan. Ternyata, tidak begitu demikian.

Pada layar multi-information display (MID), yang merupakan salah satu aspek pembaruan lainnya pada XMAX baru, setiap liter bensinnya motor ini berhasil mencatatkan jarak tempuh rata-rata sejauh 32,5 kilometer. Sementara total jarak yang dilalui adalah 164,5 kilometer.

Tak jauh berbeda dari yang pernah kami dapatkan saat jalan-jalan di Bali, yang mana untuk satu liter bensin dapat menyelesaikan jarak 33,8 kilometer dengan total jarak lebih kurang 154 kilometer.

Baca juga: Tips Parkir Motor dengan Baik dan Aman

Angka ini didapat dengan gaya berkendara yang beragam, sesekali santai dan tak jarang pula tancap gas acap kali bertemu dengan jalan lurus nan panjang atau menanjak sekalipun.

Tentunya untuk mengetahui hasil yang lebih akurat, tetap diperlukan metode seperti full to full.

Harga Rp 106,4 juta, Ini yang Bikin Royal Enfield Hunter 350 Cocok Untuk Harian

Posted on

Harga Rp 106,4 juta, Ini yang Bikin Royal Enfield Hunter 350 Cocok Untuk Harian – Segmen motor klasik premium di Indonesia belum lama ini kedatangan satu lagi produk baru, yakni Royal Enfield Hunter 350.

Pabrikan mengeklaim menawarkan sesuatu yang berbeda dibanding dengan model mereka lainnya.

Kebetulan kami sudah sempat mencicipinya lebih kurang seminggu. Beberapa detail dan temuan menarik kami soal varian bursamoge termurah dari jajaran seri bermesin 350 cc lainnya semuanya terangkum di bawah ini.

Dimensi Royal Enfield Hunter 350

Sebelum mengulas dimensi yang jadi salah satu nilai jual Hunter 350, kami mau bahas desainnya yang menurut kami sedap dipandang. Unsur klasik kuat ditonjolkan, bisa dilihat dari penggunaan lampu sederhana berdesain bulat.

Punya panjang 2.055 mm, lebar 1.055 mm, dan tinggi 800 mm membuat ia terlihat kompak. Apalagi dengan panjang sumbu roda 1.370 mm, Hunter 350 jadi lebih mudah diajak bermanuver terutama melewati jalanan perkotaan. Tidak canggung selayaknya ditemui pada motor-motor dengan kubikasi mesin cukup besar.

Duduk di atasnya juga terbilang ergonomis, tinggi tubuh penguji 173 cm sama sekali tidak menemui kendala. Jok lebar dan cukup empuk, footstep, dan posisi kemudi yang lebar serta lumayan dekat dengan tubuh pengemudi jadi kombinasi yang pas untuk Hunter 350 dipakai sebagai motor harian.

Hunter 350 dibangun di atas platform baru yang serupa ditemukan pada Classic 350 dan Meteor, yang kami rasakan rasakan rancang bangunnya itu mendukung kestabilan selama dikendarai. Kaki-kaki menggunakan velg ukuran 17-inci dengan profil ban 110/70 untuk depan dan belakang 140/70.

Suspensi depan menggunakan diameter 41 mm dengan jarak main 130 mm dan belakang menggunakan suspensi ganda yang tingkat prabebannya dapat diatur sesuai kebutuhan. Kaki-kakinya ini memang bukan yang paling empuk, tetapi masih cukup baik meredam permukaan jalan yang tak rata.

Performa

Bagaimana performanya untuk kebutuhan berkendara harian? Dapur pacunya menggendong mesin J series berkubikasi 349 cc dengan tenaga 20,1 dk dan torsi 27 Nm dan dipadukan dengan transmisi manual 6-percepatan.

Karena karakter mesin yang punya torsi lebih besar dibanding keluaran tenaganya, Hunter 350 sangat enak dipakai perjalanan harian. Mesin dan perpindahan transmisi kami nilai cukup halus, ditambah dengan kopling yang tidak terlalu berat.

Begitu juga dengan remnya yang sudah dibekali sistem ABS dual channel, karakternya empuk dan cukup presisi ketika sesekali dipakai untuk deselerasi mendadak. Dibanding dengan Meteor dan Classic, muffler Hunter lebih pendek, tapi itu tak jadi halangan untuk tetap bisa mengeluarkan suara yang gahar.

Kami juga tidak menemukan isu panas berlebih yang dihasilkan dari mesinnya itu ketika harus melewati jalan dengan volume kendaraan yang padat hingga jalanan macet. Urusan fitur, kami tidak bisa mengulas banyak, paling-paling sebuah dermaga USB yang letaknya ngumpet di balik kemudi sebelah kiri.

Baca juga: Kawasaki ZX-4R Meluncur, Harga Setara Honda Brio

Kesimpulan

Banderol yang ditawarkan juga jadi salah satu poin unggulan. Mulai dari Rp 106,4 juta, Hunter 350 diharapkan lebih banyak menjangkau konsumen yang berminat dengan merek berdarah Inggris-India ini.

Ada banyak pilihan warna dan corak Hunter 350 yang dapat disesuaikan dengan selera konsumen muda di Tanah Air. Overall, apa yang dihadirkan dari Hunter 350 sudah cukup bagi yang ingin motor dengan DNA klasik, mesin besar, dan suara yang cukup gahar.

Paling-paling, beberapa hal yang cukup mengganggu bagi kami adalah absennya panel meter digital yang seharusnya digunakan untuk menampilkan visual Tripper Navigation System nihil pada unit tes kami dan kemungkinan juga pada unit yang Anda beli nantinya.

Terakhir, kami juga kurang nyaman dengan posisi peletakkan nomor pelat depan yang, maksa. Hanya bermodalkan double tap tanpa adanya dudukan sama sekali. Masih oke untuk unit tes, tapi lain cerita jika konsumen sudah memilikinya.